negri yg terkenal dg bangsa yg komunal..
bangsa yg ramah dan setia kawan
saking setia kawannya smp rela berdemo membela negara lain
pdhl mslh negri sendiri byk yg blm teratasi
dilihat dari lingkungan terdekat,
sungai yg hrsnya jadi sumber kehidupan justru dijadikan tempat sampah plg terjangkau,
tempat pembuangan limbah plg hemat,
tak peduli bagaimana efek buruknya nanti,
ketika tak punya ckp duit utk membuat sepitank,
ckp memmbuat semacam "sumur" yg menampung limbah rumah tangga dan kamar mandi di dpn rmh,
lalu membuangnya ke jalan dpn rmh ketika "sumur" sudah penuh,
tak peduli bgmn busuknya aroma peceren itu,
tak peduli aspal jalan itu bs rudak bahkan sudah rusak tergerus air peceren,
toh nanti RT setempat akan menambal jalan tsb dg semen seadanya,
karna jalan tsb menjadi berlubang besar,
yg menyebabkan rawan kecelakaan..
mahasiswa yg katanya kaum intelek,
tak pernah lelah berdemo ttg pemerintah yg dg seenaknya memakai uang rakyat,
pdhl mrka sendiri tak peduli,
seberapa deras peluh keringat orang tua-wali mereka,
utk mebiayai hidup bulanan mereka,
membiayai kuliah yg makin lama biayainya tak terhingga..
tak peduli nilai acak adul yg smp ke rmh ortu-wali mrka,
sudah berusaha keras tapi kemampuannya ya cm sgtu,
begitu pembelaan kaum yg katanya agent of change itu..
utk yg tak ingin mengecewakan ortu-walinya,
mrka lbh memilih membudayakan saling membantu saat ujian,
demi mempercantik KHS,
demi IP menjulang tinggi,
tak peduli jika paper-paper itu hanya hasil comot sana-sini,
cukup dg mengetik kata kunci,
googling,
edit sana-sini,
paper pun jadi..
mrka adalah kaum yg bangga jika turun ke jalan membela atas nama rakyat,
dg bahasa yg sulit dimengerti,
berorasi membela atas nama bangsa sendiri,
padahal negri ini lebih butuh aksi nyata dari sekedar demo yg bikin macet,
demo yg bikin global warming,
karna diawali dg pembakaran ban-ban bekas,
perusakan kantor pemerintah,
mereka yg menyalahkan pemerintah atas setiap ketidaksejahteraan rakyat,
padahal mereka "membakar duit" saat bilang tak punya duit..
kembali ke konteks lingkungan terdekat,
pengemis skg pun sudah tidak punya malu,
dg tas yg bagus mrka dg PD-nya mejeng di dpn ATM,
berharap ada segilintir org yg iba lalu memberi mrka selembar uang biru bahkan mgkn merah..
pdhl di pedalaman masih banyak suku yg berusaha keras bertahan dari ancaman kekejaman manusia sesamanya sendiri,
habitat asli mrka pohon2 ditumbang tanpa pernah ada penghijauan kembali,
mereka suku yg tak pernah tahu bahwa negri mrka punya satu bahasa persatuan,
punya lembaga pendidikan yg katanya sudah rintisan sekolah internasional,
tapi mereka bahkan tak mengenal abjad dan huruf,
sementara cendekiawan yg gemilang justru enggan di negri ini karna di luar negri mrka lebih dihargai,
negri ini sibuk memberi donasi pd negara yg terlibat perang,
dphl di pelosok daerah masih banyak balita yg terkena busung lapar..
sibuk krim relawan ke negri antah berantah,
padahal di peolosok masih banyak org yg bth pengobatan,
org yg katanya pemerintah sibuk ini dan itu,
sampai entah bingung atau bgaimana permaslahn lumpur yg sudah bertahun-tahun,
tak kunjung terselesaikan,
pdhl ada ratusan rumah, sawah yg hanyut..
ribuan org kehilangan mata pencaharian..
beberapa org sibuk mengharamkan seantero hal,
memahami mentah-mentah ajaran agama,
padahal Tuhan itu satu,
milik smua agama..
hm, tulisannya jd tak fokus..
tapi itu yg terjadi di negri ini,
hanya fokus pd sesuatu ketika sesuatu itu menjadi berita utama media massa..
No comments:
Post a Comment